Jumat, 27 April 2012

Journey - Part 1 : The Beginning

My First Story About Ragnarok Online !
Sebenarnya cerita ini sudah saya upload di FF.net sekitar pertengahan tahun 2011, tapi karena cerita ini adalah main project saya saat ini,  saya upload juga disini :)
Beberapa chapter awal, saya berencana menceritakan masa lalu si tokoh utama, yaitu Lyn.
Enjoy the read !

JOURNEY
Part 1 : The Beginning

Pagi yang cerah di Prontera, ibukota Rune Midgrad yang tak pernah sepi. Dengan langkah pasti, aku berjalan menuju gereja di salah satu sudut kota itu, kutemui pastur disana, untuk berubah menjadi seorang acolyte.

"Bapa, aku ingin menjadi acolyte," ucapku saat itu.

Disaat itu pula ia memberiku sebuah perintah untuk menemui Bapa Rubalkubara di Timur Laut kota tersebut. Bukan perjalanan yang mudah memang kurasa. Kudengar cukup banyak monster di daerah tersebut meski tidak agresif. Tapi setelah perjalanan dari Morocc menuju Prontera yang kulalui sendirian, kurasa hal itu tidak akan begitu sulit.

Well, aku hanyalah seorang novice yatim piatu dari pasangan Priest dan Assasin. Aku hidup sebatang kara, setelah kematian orang tuaku dalam tragedi Satan Morocc. Tak ada sanak saudara yang peduli padaku karena pernikahan kedua orang tuaku tak direstui, latar belakang mereka yang terlalu berbeda jauh..

Ayahku adalah ketua dari salah satu guild assasin ternama di kota Morocc. Tak heran beberapa kolega ayahku dulu sedikit memaksaku untuk menjadi assasin karena berharap kemahiran dan kelincahan yang beliau miliki menurun padaku. Namun aku lebih memilih untuk menjadi priest seperti ibuku, kekagumanku padanya yang senantiasa bersabar menghadapi kerasnya kota Morocc, bagaimana dia membantu orang-orang, bagaimana ia membuat ayahku berubah dari pembunuh bayaran menjadi seorang yang membunuh demi kebaikan...

Ku tatap gerbang menuju keluar Prontera. Baiklah, ini langkah awal untuk menjadi seorang acolyte. Bila ibu bisa, kenapa aku tidak? Kulangkahkan kaki keluar. Berbekal sebuah peta peninggalan dari ayahku, aku berjalan menuju tempat Bapa Rubalkubara.

Aku berjalan dengan langkah cepat. Takut aku tidak bisa mencapai tempat Bapa Rubalkubara sebelum tengah hari. Entah kenapa sejak dulu aku memiliki ketakutan pada kegelapan yang aku sendiri tak bisa menjelaskan mengapa.

Setelah berjalan beberapa jam, aku membuka peta kembali. Seharusnya aku dapat menemukan Bapa Rubalkubara di sekitar sini, namun dimana? Dengan kebingungan aku mondar-mandir di sekitar Daratan Prontera. Dimana pun tidak ada. Bagaimana ini? Apakah aku harus kembali dan menanyakan keberadaan Bapa Rubalkubara yang pasti pada pastur di gereja? Apakah aku tidak ditakdirkan menjadi acolyte?

Tiba-tiba aku melihat sebuah jembatan yang menghubungkan tempatku dengan sebuah daratan yang sedikit terpisah dari yang lain. Disana terdapat sebuah pohon rindang. Pastur di gereja mengatakan bahwa Bapa Rubalkubara adalah seorang pertapa, tempat itu sepertinya cocok untuk bertapa. Apa mungkin...

Dengan bersemangat kuseberangi jembatan itu. Di balik pohon kulihat sosok seorang laki-laki yang tengah berdiam diri. Apa itu Bapa Rubalkubara?

"Permisi..." ucapku.

Laki-laki itu menoleh dan bertanya dengan lembut, "Siapa kau wahai novice?".

"Aku diminta menemui Bapa Rubalkubara oleh salah satu pastur di Gereja Prontera," jawabku ragu, tak yakin jawabanku itu menjawab pertanyaannya.

"Oh, jika begitu kau adalah calon Acolyte?" tanyanya ramah sambil tersenyum. Kujawab dengan anggukan kecil. "Baiklah jika begitu, siapa namamu wahai novice?" tanyanya.

"L-Lyn..." jawabku.

"Tak perlu takut begitu," ucapnya sambil tertawa kecil. "Baiklah, katakan pada pastur itu, bahwa kau telah berhasil menemuiku. Hmm.. Berikan ini padanya, sebentar..." ia melangkah menuju pohon di dekatnya dan memetik sebuah daun dari sana, lalu menyerahkan daun itu padaku. Aku menerimanya dan menatapnya dengan kebingungan. Dia tertawa. "Lihatlah tulisan pada daun itu, " ucapnya.

Aku menurut. Kulihat memang ada tulisan di daun itu...

'Jemoetwetendatjemoetsterk zijnwant het levengaatop enop'

"Apa maksud kata-kata ini Bapa?" tanyaku.

"Tanyakan pada pastur di Gereja. Memang tak biasa aku memberikan ini pada orang yang sedang menjalani tes untuk menjadi acolyte. Tapi sungguh nak, kau membuatku teringat pada seseorang yang datang kemari beberapa tahun lalu... Tatapanmu, caramu berbicara, segalanya nyaris sama dengannya".

Aku terdiam. Apa mungkin itu ibu?

"Meski telah diusir dari Gereja Prontera, aku tahu ia tetap mengabdi kepada Tuhan. Beberapa waktu lalu, kudengar seorang Priest dari Morocc telah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan penduduk Morocc saat kejadian Satan Morocc," Bapa Rubalkubara menatapku penuh arti dan kembali melanjutkan, "Kudengar dia memiliki seorang putri..."

Aku tak bisa berkata apa-apa. Benarkah ia sedang membicarakan ibuku? Ibu yang kukagumi dan kusayangi?

"Ibumu..." ucapnya lembut sambil tersenyum.

Setetes air mata terjatuh di pipiku. Ia tahu... Ia ingat ibuku dan tahu aku adalah putrinya. Aku mengangguk dan tersenyum padanya.

"Lanjutkan perjalananmu nak. Aku tahu kamu bisa..."

Tepat sebelum matahari terbenam, aku tiba di Kota Prontera. Melelahkan, namun aku merasa sangat bersemangat. Dengan melangkah riang aku kembali menuju gereja dan menemui pastur tadi.
Kuserahkan daun dari Bapa Rubalkubara padanya. Ia membacanya dan menatapku terkejut.

"Apa kau adalah putri dari Helga?" tanyanya. Aku mengangguk ragu. Dia tersenyum, bisa kulihat air mata di sudut matanya. "Lyn bukan? Kami sudah menunggumu nak..."

Aku terdiam, tak tahu harus berkata apa. Menungguku? Untuk apa?

"Selamat datang di Gereja Prontera anakku... Mulai sekarang kau adalah seorang acolyte..." ia tersenyum ramah.

-TBC-

Thx for read the first chapter !
Tolong dimohon komentar, kritik dan saran kalian :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar